Pengungsi Burma Butuh Bantuan Dunia

Liputan Khusus GANNA PRYADHARIZAL dari Bangkok

Dewan Penasihat Karen Refugee Committee (KRC) di kamp pengungsi Myanmar Mae La Mahn Stila meminta masyarakat internasional memberi perhatian lebih kepada para pengungsi Myanmar, kemarin.

”Yang diharapkan para pengungsi adalah dukungan dan bantuan dari komunitas internasional, terutama pangan dan fasilitas kesehatan,” tandas Stila yang menghuni kamp Mae La beserta istri dan kelima anaknya. ”Kemudian kita juga menginginkan pendirian pendidikan tinggi di kamp-kamp pengungsian untuk warga Karen yang telah menyelesaikan pendidikan menengah di kamp,” lanjutnya.

Di kamp pengungsian saat ini telah terdapat sekolah dari jenjang pendidikan dasar dan menengah yang didirikan berkat bantuan lembaga kemanusiaan di Amerika Serikat (AS) dan Eropa. Mae La merupakan salah satu kamp pengungsi terbesar yang ada di sepanjang perbatasan Thailand–Myanmar.

”Terdapat 50.000 lebih pengungsi Myanmar di kamp Mae La. Mayoritas berasal dari etnis Karen,” ujar Stila yang mengungsi dari Myanmar pada 1999. Mayoritas pengungsi berasal dari etnis Karen. Mereka menjadi target operasi junta militer karena dianggap sebagai warga pembangkang. Etnis terbesar di Myanmar ini menuntut sebuah otonomi politik regional.

”Tuntutan negara federal ini justru dibalas junta dengan tindakan brutal. Maka, peperangan antara Karen Nation Union (KNU) dan militer junta pun tak terhindarkan,” terang Stila. Penghuni kamp Mae La lainnya, Zaw Min, mengatakan, peperangan masih berlanjut di Karen State.

Bahkan konflik ini meluas ke seluruh provinsi yang ada di Myanmar karena hampir seluruh etnis –semisal Palaung, Shan, Chin dan Arakan– menuntut hal yang sama. ”Jelas, Than Shwe menjadi musuh bersama di Myanmar,” kata Zaw Min yang merupakan cucu dari Stila. Sementara Ketua DPR Agung Laksono mengungkapkan, parlemen Indonesia berhasil mengegolkan usulan mengenai masalah Myanmar sebagai resolusi dalam sidang ke-117 Inter- Parlementary Union (IPU) di kawasan Jenewa, Swiss.

Menurut dia, usulan tentang Myanmar menjadi salah satu emergency item yang dijadikan usulan resolusi dalam forum tersebut. Usulan Indonesia tentang Myanmar diterima sebagai resolusi tambahan. Menurut Agung, hal itu penting untuk mengatasi maslah di negara tersebut. ”Agar kekerasan tidak ada lagi, demokrasi ditegakkan dan para aktivis serta Madam Aung San Suu Kyi dibebaskan,” ujarnya. (dian widiyanarko)
Sumber: Seputar Indonesia, 11/10/2007

Tidak ada komentar: