Janji Dialog Omong Kosong

Suu Kyi Belum Terima Ajakan Junta Militer

Niat junta militer Myanmar untuk berdialog dengan tokoh prodemokrasi Aung San Suu Kyi, ternyata, omong kosong belaka. Dalam pernyataan yang keluar Rabu (10/10), Suu Kyi mengaku belum mendapat undangan tersebut, meski otoritas sudah menunjuk utusannya.

Di bawah tekanan PBB setelah bentrok militer melawan demonstran anti-pemerintah, junta menunjuk Jenderal muda Aung Kyi. Dia dikenal sebagai jenderal moderat yang diharapkan bisa mengoordinasikan diskusi dengan pemenang Piala Nobel itu.

Namun, juru bicara Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NDL) Suu Kyi menyatakan bahwa Aung Kyi belum melakukan kontak sama sekali. "Otoritas sudah melihat kebutuhan akan proses dialog dengan menunjuk pejabat mereka. Namun, masih terlalu dini untuk menyambut utusan tersebut (Aung Kyi, Red) karena kami belum tahu apa yang akan dilakukannya dan kapan dialog tersebut bisa dimulai," kata Nyan Win.

Pada saat yang sama, militer masih terus melakukan penangkapan. Bahkan, salah seorang anggota partai Suu Kyi dikabarkan tewas saat diinterogasi di kawasan tengah Myanmar, Sagaing. Aktivis malang bernama Win Shwe, 42, itu ditangkap bersama lima rekannya 26 September.

Otoritas menginformasikan kepada keluarga Win Shwe bahwa anak lelaki mereka meninggal dan mayatnya sudah dikremasi di pusat penahanan. Asosiasi Pendampingan untuk Tahanan Politik (AAPP), organisasi yang dibentuk mantan tahanan politik, mengatakan, setidaknya lima orang lagi ditahan di Yangon dalam dua hari terakhir.

Win Shwe merupakan salah seorang pemimpin aksi demo. AAPP mengatakan, militer mengancam keluarga dan tetangga demonstran yang tertangkap demi mendapatkan informasi mengenai orang-orang yang terlibat dalam demo tersebut. "Pasukan keamanan semakin sering memasuki rumah sipil dan mencari orang yang mereka curigai terlibat dalam aksi protes kepada pemerintah," kata AAPP.

Juru Bicara Urusan Luar Negeri Amerika Serikat Gordon Johndroe mengutuk kematian Win Shwe dan mengingatkan bahwa AS bisa memberlakukan sanksi baru melawan Myanmar bila mereka terus melakukan aksi kekerasan.(ap/afp/bbc/tia)
Sumber: Jawa Pos, Kamis, 11 Okt 2007

Tidak ada komentar: