Lebih Ngeri daripada Vietnam dan Kamboja

Kesaksian Sylvester Stallone di Perbatasan Thailand-Myanmar

Aktor laga ternama Hollywood Sylvester Stallone mengaku menyaksikan dengan mata kepala sendiri kekejaman pasukan militer Myanmar dalam menghadapi pengunjuk rasa. Saat itu, Sly -panggilan akrabnya- bersama kru filmnya sedang syuting di perbatasan Thailand-Myanmar. "Saya menjadi saksi mata kekejaman militer. Korban selamat dengan kaki terpotong. Semua bentuk luka yang masih infeksi. Juga, telinga terpotong," kata Stallone kepada Associated Press lewat telepon kemarin (2/10).

Menurut dia, yang disaksikannya itu lebih kejam daripada yang terjadi di Vietnam dan Kamboja. Selain korban manusia, gajah ikut menjadi korban. Stallone menyaksikan gajah-gajah di perbatasan tersebut kehilangan kaki. Aktor sekaligus sutradara berusia 61 tahun itu kembali ke Amerika Serikat (AS) delapan hari lalu setelah mengambil gambar John Rambo, film keempat dari serial aksi yang dibintangi Stallone.

Mereka memilih syuting di Sungai Salween yang memisahkan Thailand dan Myanmar. Stallone mengatakan berada di Thailand selama enam bulan, sebagian besar di kawasan sungai tersebut. "Itu adalah lubang neraka di balik mimpi liar Anda. Semua jalur jalan penuh ranjau," paparnya. Saat syuting, Stallone dan kru mendapat hujan tembakan dari militer. Tembakan peringatan tersebut berdesing di atas kepala kru.

"Mereka mengatakan kepada kami bahwa kami benar-benar bisa terluka kalau terus melanjutkan syuting," terangnya. Terpilihnya Myanmar sebagai lokasi syuting film, kata Stallone, berdasar pertimbangan matang. "Saya menelepon majalah Soldier of Fortune. Mereka mengatakan kalau Myanmar adalah kawasan terparah dalam hal penyiksaan manusia di planet," ucapnya. (ap/tia)
Sumber: Jawa Pos, Rabu, 03 Okt 2007

Tidak ada komentar: