Ratusan Biksu Eksodus

Sebagian Tentara Burma Dikabarkan Membelot ke Kubu Prodemokrasi

Merasa terancam, ratusan biksu Buddha Myanmar dikabarkan mencoba meninggalkan negeri itu. Saksi mata mengatakan, banyak biksu yang berada di stasiun kereta api dan terminal bus.

Tidak semua bus menerima biksu itu. Mereka menolak mengangkut biksu karena khawatir tidak akan mendapatkan BBM.

Kepergian biksu ke luar Yangon bisa dipahami. Pasalnya, ratusan biksu yang memulai aksi demo di Myanmar sudah ditahan.

Sumber yang dirahasiakan identitasnya mengungkapkan kepada BBC bahwa biksu-biksu itu ditangkap dan ditahan di penjara yang berada di ujung utara Myanmar. Yangon dalam keadaan tenang meski masih terlihat tentara berjaga-jaga.

Mereka juga membubarkan kerumunan massa yang dicurigai akan berunjuk rasa. "Orang-orang di Yangon tampak sangat ketakutan," kata saksi mata.

Hal yang sama juga dikatakan Duta Besar Amerika Serikat di Myanmar Shari Villarosa. Dalam wawancara lewat telepon, Villarosa mengatakan bahwa warga Yangon ketakutan. "Militer dan polisi berpatroli di sekeliling kota saat tengah malam. Mereka mengunjungi rumah-rumah dan menangkapi orang-orang," ungkapnya.

Penangkapan itu diumumkan secara terbuka oleh militer. "Kami memiliki foto-foto tersangka, kami akan menangkap mereka," ujar personel militer lewat pengeras suara yang dibawa mobil patroli.

Selain eksodus biksu, juga beredar rumor adanya serdadu Myanmar yang membelot ke Thailand. Personel militer yang unitnya diperintahkan untuk menyerang demonstran di Yangon mengaku tidak ingin menembak atau memukuli biksu. "Saya tahu akan ada perintah pemukulan dan penembakan biksu. Jika tetap bertahan, saya harus mengikuti perintah itu. Namun, karena saya Buddha, saya tidak ingin membunuh biksu-biksu itu," kata anggota militer yang sekarang mencoba mencari suaka di luar negeri itu.

Sementara, pergerakan militer mulai menuju kota di utara Myanmar, Okkalapa. Polisi antihuru hara dan tentara lengkap dengan atributnya berdatangan memenuhi kawasan tersebut sejak akhir pekan.

Kedatangan mereka memicu ketakutan warga sipil dan biksu yang tersebar di enam kuil kecil yang terletak di alan Bagan, Okkalapa. Dua hari sebelumnya, para tentara itu menggerebek kuil, melemparkan gas air mata, dan mengumpulkan ratusan biksu di kota yang bersebelahan dengan Okkalapa. Jalan-jalan menuju kuil penuh dengan percikan darah yang diduga berasal dari tubuh biksu yang dipukuli militer.

Demi menghindari hal-hal buruk, hampir 100 biksu memilih tidak menetap di kuil. Warga sipil juga berkumpul meminta biksu-biksu itu tidak tidur di kuil. Banyak warga yang menawarkan rumah mereka sebagai tempat tinggal sementara. Sedangkan puluhan lainnya memilih keluar dari kota.

Sebagai bentuk solidaritas, ratusan warga sipil melanggar jam malam demi melindungi kuil. "Sekitar 1.000 orang berdoa demi melindungi biksu. Wanita, pria, tua, muda, terus berada di depan kuil sampai dini hari dan terus memanjatkan doa," kata salah satu warga sipil yang ikut berdoa.

Militer berdiri di depan warga yang melindungi kuil dan memerintahkan agar kerumunan bubar. "Tolong, kami meminta semua agar pulang ke rumah masing-masing, jangan mendekat, kami tidak ingin menembak siapa pun. Tolong jangan buat kami melakukan hal itu," kata salah seorang komandan militer seperti dikutip saksi mata.

Eksodus ratusan biksu itu membuat staf kedutaan besar Amerika Serikat di Yangon kecele. Kemarin mereka mendatangi beberapa kuil, yang ternyata sudah dalam keadaan kosong.

Beberapa kuil dijaga ketat oleh militer dan orang luar dilarang masuk. "Jumlah biksu yang ada di jalan berkurang drastis, kemana semua biksu-biksu itu? Apa yang terjadi kepada mereka?," kata seorang diplomat AS.

Democratic Voice of Burma, stasiun radio yang bermarkas di Norwegia mengatakan kalau otoritas sudah membebaskan 90-400 biksu yang ditahan di Myitkyina, ibukota negara bagian Kachin, saat pengrebekan tengah malam di kuil-kuil pada 25 September. (ap/bbc/guardian/tia)
Sumber: Jawa Pos, Kamis, 04 Okt 2007

Tidak ada komentar: