Junta Militer Salahkan Bush

Berbagai tekanan dan reaksi keras dunia internasional membuat junta militer Myanmar melunak. Kemarin (25/10) junta meminta para pemimpin agama senior untuk memahami peristiwa yang mereka lakukan bulan lalu.

Sebab, tindakan tersebut benar-benar tidak bisa dielakkan. Selain itu, junta menyalahkan adanya biarawan yang menggerakkan protes massa. "Saya harap Anda bisa memahami kenyataan bahwa kejadian itu memang tidak bisa dicegah. Kami juga tidak bisa membiarkan situasi negara (dan agama Buddha) terganggu," kata Menteri Agama Brigadir Jenderal Thura Myint Maung seperti dilansir New Light of Myanmar.

Karena itu, lanjut Thura Myint Maung, pihak berwenang bereaksi keras melawan para biarawan palsu yang telah mengatur dan menghasut biarawan lain untuk melawan pemerintah. Hal tersebut berbeda dengan peristiwa pada 1988, ketika itu para biarawan dipuji lantaran aksi mereka menggerakkan 100 ribu orang di jalanan Yangon.

Akibat aksi yang mulai terjadi 25 September itu, setidaknya 13 orang, termasuk beberapa biarawan, tewas dan ribuan orang menjadi tahanan. Sekitar 100 biarawan juga ditahan. "Sebab, beberapa di antara mereka tidak bisa dibiarkan," dalihnya.

Namun, dia membantah kabar adanya beberapa biarawan yang tewas. Maung juga meminta para biarawan senior menginstruksikan kepada biarawan muda agar tidak melakukan tindakan yang bisa menyebabkan mereka dipenjara.

Presiden AS George W. Bush juga disalahkan karena dianggap memanipulasi biarawan Myanmar. "Sungguh tidak bisa diterima bahwa presiden AS turut campur sehingga menyebabkan propaganda dalam masalah ini," katanya.

Washington memang telah blak-blakan mengkritik junta militer. Selain itu, AS telah menggiring opini dunia internasional sehingga menyalahkan junta.

Di sisi lain, mediator PBB Ibrahim Gambari akan kembali ke negara tersebut pada minggu pertama November. Pada kunjungan keduanya itu, Gambari akan ditemani penasihat HAM PBB Paulo Sergio Pinheiro. (afp/dia)
Sumber: Jawa Pos, Jumat, 26 Okt 2007

Tidak ada komentar: