Junta Militer Cabut Jam Malam

Perusahaan Singapura Dimasukkan Daftar Hitam AS

Junta militer Myanmar mencabut jam malam dan mengakhiri larangan berkumpul di Yangon. Pencabutan jam malam dilakukan sehari setelah AS mengumumkan sanksi baru terhadap junta.

Pencabutan jam malam dan larangan berkumpul diumumkan melalui pengeras suara dari kendaraan pemerintah yang berkeliling di jalan-jalan kota Yangon, Sabtu (20/10). "Jam malam dan larangan berkumpul telah dicabut secara resmi hari ini karena keamanan dan stabilitas membaik," sebut pengumuman itu.

Jam malam diberlakukan di sejumlah kota besar di Myanmar pada 25 September menyusul protes besar-besaran menentang kenaikan harga bahan bakar minyak. Pekan lalu, junta mengurangi jam malam, yang semula mulai pukul 18.00 hingga pukul 06.00 menjadi pukul 23.00 hingga pukul 03.00.

Pencabutan jam malam dan larangan berkumpul lebih dari lima orang mengindikasikan bahwa junta yakin telah mengalahkan demonstrasi terbesar melawan mereka. Protes terbesar dalam 20 tahun terakhir di Myanmar pecah September lalu saat junta menaikkan harga BBM hingga 500 persen. Militer mengambil tindakan keras dengan menembaki dan menangkapi pemrotes.

Sejak bertindak brutal terhadap pemrotes, junta mulai bertindak lebih lunak. Tentara mulai dibersihkan dari jalanan kota Yangon walaupun beberapa aparat berpakaian preman masih berjaga-jaga di beberapa ruas jalan, Minggu (21/10).

Warga Yangon merasa lega dengan pencabutan jam malam. Namun, mereka masih takut jika junta kembali bertindak represif. Mereka juga merasa kehidupan belum kembali normal.

"Kami masih khawatir dengan situasi di Yangon karena apa yang terjadi bulan lalu," kata seorang pegawai di Yangon.

Di bawah gencarnya tekanan internasional, junta mulai melonggarkan represi. Beberapa tahanan politik, di antaranya komedian dan aktor, telah dilepaskan. Seorang anggota partai oposisi Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) berusia 82 tahun juga telah dilepaskan.

Akses internet juga sudah dibuka kembali setelah diputus untuk mencegah menyebarnya foto atau video tentang aksi brutal junta. Namun, militer masih menutup akses terhadap media asing.

Junta, Sabtu, mengeluarkan permintaan melalui media milik pemerintah, yang tidak lazim dilakukan junta, kepada pemimpin NLD Aung San Suu Kyi untuk berkompromi dan berbicara dengan junta.

Di Washington, Gedung Putih mencela langkah yang diambil junta dan menyebutnya hanya "kosmetik". "Yang diperlukan adalah sinyal keseriusan untuk melangkah menuju transisi demokrasi," kata Dana Perino, sekretaris pers kepresidenan.

"Pencabutan jam malam itu bukanlah pertanda baik, justru pertanda buruk karena junta saat ini merasa yakin telah membersihkan wihara dari pengacau, baik dengan mengirim mereka ke penjara atau ke kampung halaman mereka," kata Perino.

Daftar hitam

Sebagai langkah lanjutan untuk menekan Myanmar, AS telah memasukkan tujuh organisasi yang terkait junta dalam daftar hitam. Tiga perusahaan yang berbasis di Singapura termasuk dalam daftar tersebut, yaitu Pavo Trading Pte Ltd, Air Bagan Holdings Pte Ltd, dan Htoo Wood Products Pte Ltd.

Menteri Luar Negeri Singapura George Yeo mengatakan, sebenarnya negara-negara tetangga Myanmar hanya memiliki pengaruh ekonomi terbatas terhadap junta. "Kami di ASEAN hanya memiliki pengaruh ekonomi terbatas, tetapi kami memiliki pengaruh moral tertentu karena Myanmar adalah bagian dari keluarga ASEAN," kata Yeo dalam pidato yang dimuat di situs Kementerian Luar Negeri Singapura.

Yeo mengatakan tidak tahu tentang detail sanksi AS yang diperkirakan bisa menghantam perusahaan di Singapura tersebut. "Bisa saja ada beberapa perusahaan terdaftar di Singapura, kemudian akan dikenai larangan tertentu dari AS," ujarnya.

Saat ini Singapura menjabat ketua ASEAN. Singapura juga banyak melontarkan kritik terhadap junta atas tindakan brutal menghadapi aksi protes.

Namun, Singapura membantah tuduhan bahwa pemerintahnya memperbolehkan bank-bank yang berbasis di Singapura untuk melindungi dana gelap atas nama pejabat-pejabat junta Myanmar. (ap/afp/reuters/fro)
Sumber: Kompas, Senin, 22 Oktober 2007

Tidak ada komentar: