Barangkali tak ada yang sangat ditunggu improvisasi politiknya di Myanmar selain Ibrahim Gambari, utusan khusus PBB untuk Myanmar.
Penunjukan Gambari ini bukan sesuatu yang mengherankan. Kerja kemanusiaan dan pengalaman diplomasinya di PBB selama ini dipercaya dunia internasional dapat memberikan sentuhan perubahan di Myanmar. Secara komprehensif, Profesor Gambari adalah seorang intelektual dan diplomat. Karier intelektual dan ma hampir 18 tahun. Sebelumnya, Gambari pernah mengunjungi Myanmar sebanyak dua kali.
Gambari menjadi ujung tombak harapan masyarakat internasional untuk menyelesaikan persoalanpersoalan demokrasi dan hak asasi manusia di negara yang dulu bernama Burma ini.Hasil kunjungannya ini diharapkan mampu membuat Jenderal Than Shwe bisa mengambil langkah lebih persuasif dalam menghentikan setiap gelombang unjuk rasa. Hal itu agar di kemudian hari persoalan dalam negeri Myanmar bisa diselesaikan dengan kekuatan negosiasi, bukan senjata. diplomatiknya dijalani secara berkelindan dan proporsional.
”Dia (Gambari) satu-satunya harapan yang kita miliki. Dia dapat diterima kedua belah pihak (oposisi dan junta),” ujar Menteri Luar Negeri Singapura George Yeo mengomentari penugasan Gambari ke Myanmar. ”Jika dia gagal, situasi bisa bertambah runyam.” Sabtu lalu (29/09), Ibrahim Gambari terbang ke Yangon, mencari solusi persuasif atas krisis politik yang menerpa Myanmar selama bertahun-tahun. Dalam kunjungannya ini, Gambari bertemu pimpinan junta Jenderal Senior Than Shwe di Naypyitaw dan pemimpin prodemokrasi Aung San Suu Kyi yang telah meringkuk di tahanan rumah sela- Sebelumnya PBB sendiri berulang kali gagal menciptakan rekonsiliasi antara pemerintah militer dengan oposisi prodemokrasi.
Gambari dan pendahulunya, Razali Ismail (Malaysia), juga sebelumnya gagal membebaskan Suu Kyi, peraih Nobel Perdamaian 1991 yang menjadi simbol perjuangan demokrasi Myanmar. ”Tidak diragukan lagi, dinamika politik Myanmar beberapa pekan ke belakang telah menjadi perhatian masyarakat internasional. Sekali lagi, yang perlu ditingkatkan ialah usaha kita mencari solusi terhadap tantangantantangan yang dihadapi Myanmar,” ujar Gambari ketika menyampaikan pengarahan di Dewan Keamanan PBB, Kamis (20/9).
Karier diplomatnya merupakan buah manis dari pengembaraan intelektual yang selama ini dijalaninya. Setelah menyelesaikan program sarjana di King’s College, Lagos,Nigeria,Gambari melanjutkan studi S-2 di Universitas Columbia, New York, Amerika Serikat (AS), pada 1970. Empat tahun berselang, pada 1974 Gambari meraih gelar PhD dari universitas yang sama dalam bidang Hubungan Internasional. Karier sebagai akademisi dimulai ketika dia mengajar di City University of New York dan Universitas Negeri New York (Albany) selama rentang waktu 1969–1974.
Sekembalinya dari New York, dia menjadi staf pengajar senior di Universitas Ahmadu Bello di Zaria dan anggota Dewan Penilai (dari 1977–1983). Pada 1983 dia dinobatkan menjadi profesor.Tak hanya itu,dari 1982–1983 Gambari diamanati posisi dekan pada Fakultas Ilmu Politik di Universitas Zaria. Di Universitas Zaria inilah Gambari mendirikan Program Pendidikan Prasarjana pertama di Nigeria untuk Internasional Studies. Gambari sempat ditunjuk sebagai Direktur Jenderal Institut Nigeria bidang Urusan Internasional pada Oktober 1983.
Jabatan itu dia emban sebelum ditunjuk menjadi Menteri Luar Negeri (Menlu) Nigeria pada Desember 1983,setelah terjadi pergolakan militer yang otomatis mengubah pemerintahan di negara tersebut. Ketika menjabat sebagai menlu,Gambari sempat melakukan kunjungan kenegaraan ke China dan dianugerahi gelar guru besar kehormatan (profesor honoris causa) oleh Universitas Chugsan (universitas yang didirikan Dr Sun Yat Sen, pemimpin Revolusi Petani 1911 dan menjadi Presiden Nasionalis China pertama).
Ketika berakhir masa jabatannya sebagai Menlu Nigeria pada Agustus 1985, dia kembali mengajar di Universitas Ahmad Bello. Antara 1986–1989, dia menjadi Guru Besar Tamu di John Hopkins School, Baltimore, Maryland, untuk mata kuliah Studi Wacana Internasional Kontemporer. Selain itu, dia juga menjadi dosen di Universitas Georgetown dan Universitas Howard, keduanya di Washington DC,AS. Selama masa tinggalnya di AS, Profesor Gambari melahirkan dua buku,Theory and Reality in Foreign Policy Decision Making dan Study Comparative of Regional economic Integration: The Case of ECOWAS. Keduanya diterbitkan Humanities Press.
Sebelumnya, dia telah menerbitkan buku berjudul The Domestic Politics of Nigeria’s Foreign Policy yang diterbitkan Ahmadu Bello University Press.Hingga saat ini, dia aktif menulis artikel dan menjadi kontributor tulisan di berbagai jurnal akademik. Ketika menjabat sebagai Dubes dan Perwakilan Tetap Nigeria untuk PBB, Gambari diikutsertakan dalam proyek penerbitan dua buah buku, masing-masing berjudul Africa’s Security Question at the End of the Twentieth Century into the New Millenium’ dan The United Nations in A Changing World Order: An African Perspective.
Sebagai Dubes dan Perwakilan Tetap Nigeria untuk PBB,Gambari merupakan salah satu anggota senior di PBB. Dia sepuluh kali berturut-turut menjadi Delegasi Nigeria dalam Sidang Umum PBB (SU PBB). Dia juga pernah mengepalai Komite Khusus Menentang Diskriminasi Ras PBB yang bertujuan untuk memberangus setiap ketidakadilan sosial dan memulihkan demokrasi di Afrika Selatan. Dia beberapa kali memimpin misi PBB, termasuk misi Komite Khusus Menentang Diskriminasi Ras PBB ke Afrika Selatan, Burundi, Rwanda dan Mozambik.
Gambari sempat mengepalai Komisi Khusus Operasi Penjaga Perdamaian PBB dari 1990–1999. Dia juga menjadi anggota Dewan Pengawas Institut Pelatihan dan Riset PBB (UNITAR). Dari 1993 hingga 1999 sekaligus Gambari menjabat Presiden Dewan Eksekutif UNICEF (sejak Januari hingga Desember 1999). Kontribusinya untuk dunia kemanusiaan tak hanya dilakoni lewat jalur resmi di PBB. Di luar tugas pekerjaannya, Gambari mendirikan Savannah Centre for Diplomacy, Democracy, and Development. Sebuah organisasi nonpemerintah berlokasi di Abuja, Nigeria, yang memiliki perhatian dalam bidang manajemen, studi kawasan, resolusi konflik, serta pengembangan demokratisasi di Afrika. (ganna pryadharizalbangkok/ berbagai sumber)
Sumber: Seputar Indonesia, 6/10/07
Gambari, di antara Realitas dan Teori Diplomasi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar