Cermati Foto, Tangkap Demonstran


Junta Militer Pecah Kesolidan Rakyat Sipil

Intimidasi yang dilakukan Junta Militer Tampaknya membuat rakyat Myanmar terbelah. Tak sedikit warga sipil enggan terlibat dalam aksi protes yang digalang para biksu di Myanmar.

Hal ini terlihat dari sikap para sopir bus di Yangon kemarin. Mereka tidak mau mengangkut para biksu yang ingin menyelamatkan diri dari kejaran Junta Militer. Alasannya, mereka tidak mau Junta Militer menghentikan suplai bahan bakarnya.

Di kawasan pinggiran Yangon, tentara yang menggunakan pengeras suara terus berkeliling dan mengancam menangkap orang-orang yang terlibat demo. "Semua harus berdiam di rumah. Jangan keluar. Kami punya foto orang yang kami cari. Kami akan menangkap mereka," ancamnya.

Akibat aksi protes yang mereka lakukan, para biksu di Myanmar menjadi target Junta Militer. Puluhan kuil yang menjadi tempat tinggal biksu, terus menerus di razia. Akibatnya, penjara MyanmaR dilaporkan penuh sesak.

Shari Villarosa, charge d’affaires AS di Myanmar mengatakan bahwa dia dan stafnya, sudah berkeliling ke 15 kuil yang tersebar di Yangon. semuanya kosong. Dia tidak tahu pasti kemana para bhiksu yang mestinya ada di kuil-kuil tersebut. "Saya tidak tahu kemana mereka. berapa orang yang ditangkap, berapa orang yang melarikan diri atau berapa orang yang sudah meninggal," katanya.

Namun Rabu kemarin, sekitar 149 perempuan yang diduga kuat biksuni dan 80 biksu, dibebaskan setelah sempat ditahan di Government Technical Institute di Yangon.

Salah seorang di antaranya memberi kesaksian, bahwa selama ditahan, mereka dibagi menjadi empat golongan. Mereka yang tidak sengaja melintas di lokasi demo, mereka yang menonton demo, mereka yang mendukung demo, serta mereka yang aktif terlibat demo.

Saat diinterogasi, para biksu dan biksuni itu dipaksa berganti pakaian seperti warga sipil biasa. "Mereka menginterogasi kami siang dan malam. Tapi kami juga diberi makan dua kali sehari," kata seorang biksu.

Sementara itu, kemarin, Htay Win, seorang tentara Myanmar yang berpangkat Mayor, melarikan diri dan meminta suaka ke Thailand. Dia mengaku memilih desersi ketimbang menuruti perintah untuk memukuli para bhiksu saat demonstrasi berdarah dua pekan lalu.(theguardian/any)
Sumber: Jawa Pos, Jumat, 05 Okt 2007

Tidak ada komentar: